Al Quran Ijaz

Al Qur'an Ijaz

Al-Qur’an diungkapkan dengan gaya bahasa dan uslub bermacam-macam dengan pokok bahasan yang bermacam-macam pula yaitu bidang aqidah, akhlaq dan pembentukan hukum Islam (syar’iyyah tasyri’iyyah), yang satu sama lainnya tidak terdapat kontradiksi dan pertentangan. Allah swt. telah memberi petunjuknya dalam Q.S. al-Nisa : 82 sebagai berikut:
Artinya : Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur’an? Kalau kiranya al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah tentulah mereka mendapatkan pertentangan yang banyak di dalamnya.
Berdasarkan ayat di atas, seandainya kita temukan ada ayat al-Qur’an yang lahirnya kontradiktif antara satu ayat dengan ayat lainnya, maka setelah diadakan pembahasan dan penelitian, tampaklah keserasian dan keharmonisannya, tidak ada kontradiksi di dalamnya. Seandainya al-Qur’an itu datang selain dari Allah, niscaya akan didapatkan kontradiksi yang banyak di dalamnya.

Persesuaian ayat-ayat al-Qur’an menurut teori-teori  yang  telah diungkapkan oleh ilmu pengetahuan dan isyarat-isyarat ilmiahnya. Semua persoalan atau kaidah ilmu pengetahuan yang telah mantap dan meyakinkan merupakan manifestasi dari pemikiran valid yang dianjurkan al-Qur’an tidak ada kontradiksi sedikitpun dengannya. Ilmu pengetahuan telah maju dan telah banyak melahirkan kemajuan yang spektakuler yang tidak ada pertentangan dengan al-Qur’an. Ini merupakan ijaz al-Qur’an.


Al-Qur’an menjadikan pemikiran  lurus dan perhatian  tepat terhadap alam dan segala apa yang ada di dalamnya sebagai sarana terbesar agar makin mantap dan kuat nilai keimanan kepada Allah swt. Al-Qur’an mendorong manusia agar memikirkan makhluk-makhluk Allah yang ada di langit dan di bumi, memikirkan dirinya sendiri, bumi yang ditempatinya dan alam yang mengitarinya, al-Qur’an membangkitkan kesadaran ilmiah pada setiap diri manusia untuk memikirkan, memahami dan menggunakan akal, Allah mengumpulkan ilmu falak, botani, geologi dan zoologi sebagai pendorong rasa takut kepada Allah.

Demikianlah ijaz al-Qur’an secara ilmiah terletak pada dorongannya kepada umat manusia untuk berfikir disamping membukakan kepada mereka pintu-pintu pengetahuan dan mengajak masuk ke dalamnya dan menerima segala ilmu pengetahuan yang baru yang mantap dan stabil.

Disamping hal-hal di atas, di dalam al-Qur’an terdapat isyarat-isyarat ilmiah yang diungkapkan dalam kontek hidayah, misalnya:
Perkawinan tumbuh-tumbuhan itu  ada yang zati yaitu tumbuh-tumbuhan yang bunganya mengandung organ jantan dan betina (putik dan benang sari) dan ada yang khalti yaitu tumbuh-tumbuhan yang organ jantannya terpisah dari organ betina seperti pohon kurma, sehingga perkawinannya melalui pemindahan dan sarana pemindahannya adalah angin. Penjelasan ini terdapat dalam al-Qur’an Surat al-Hijr : 22
Artinya : Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan).
Oksigen sangat penting bagi pernafasan manusia dan oksigen tiu berkurang pada lapisan-lapisan udara yang tinggi. Semakin tinggi manusia berada di lapisan udara, maka ia akan merasakan sesak dada dan sulit bernafas. Firman Allah dalam al-Qur’an Surat al-An’am : 125 :
Artinya : Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seakan-akan ia sedang mendaki ke langit.
Langit dan bumi dulunya berasal dari satu gumpalan (kesatuan kosmos) kemudian terjadi ledakan dahsyat (big bang) yang membuatnya terpecah-pecah menjadi beberapa planet dan kehidupan membutuhkan air. Firman Allah dalam al-Qur’an Surat al-Anbiya : 30
Artinya : Tidakkah orang-orang kafir melihat bahwa langit dan bumi itu dulunya merupakan satu yang padu kemudian kami pisahkan keduanya dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup itu dari air, maka mengapakah mereka tidak beriman.
Demikian pula diisyaratkan bahwa cahaya matahari bersumber dari dirinya, sedangkan cahaya bulan adalah pantulan (dari cahaya matahari). Jenis kelamin anak adalah hasil sperma pria sedangkan wanita sekedar mengandung karena mereka hanya bagaikan ladang dan banyak lagi isyarat-isyarat ilmiah yang disebutkan oleh al-Quran. Isyarat-isyarat ilmiah dan yang serupa dengannya yang terdapat dalam al-Qur’an itu datang dalam kontek petunjuk Ilahi (hidayah ilahiyah) dan akal manusia boleh mengkaji dan memikirkannya.

Pemberitaan-pemberitaan ghaib yakni memberitahukan hal-hal kejadian yang tidak diketahui kecuali oleh Allah SWT Yang Maha Mengetahui hal-hal yang ghaib. Al-Qur’an telah memberitakan mengenai terjadinya kejadian-kejadian pada masa yang akan datang, yang tak seorangpun mengetahui hal itu, seperti Firman Allah dalam al-Qur’an surat al-Rum : 1-4 :
Artinya: 1. Alif laam Miim 2. telah dikalahkan bangsa Rumawi 3. di negeri yang terdekatdan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang 4. dalam beberapa tahun lagi. Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman,
Al-Qur’an telah menceriterakan bangsa-bangsa terdahulu yang tidak meninggalkan bekas ataupun tanda (prasasti) yang mengandung beritanya. Hal ini adalah bukti bahwa al-Qur’an di sisi Allah yang tidak tersembunyi untuk masa sekarang, masa lampau dan masa yang akan datang. Allah swt. memberi petunjuk dalam Q.S. Hud : 49 :
Artinya : Itu adalah diantara berita-berita penting tentang yang ghaib yang kami wahyukan kepadamu (Muhammad), kamu tidak pernah mengetahuinya dan tidak ( pula) kaummu sebelum ini. 
Dalam hal ini seperti kisah Fir’aun yang mengejar-ngejar  Nabi Musa AS beserta kaumnya dan ditenggelamkannya fir’aun di laut merah, tetapi badan Fir’aun diselamatkan sebagaimana diberitakan dalam Q.S. Yunus : 92
Artinya : Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu agar kamu menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu.
Tidak seorangpun  mengetahui hal tersebut, karena hal itu terjadi sekitar 1200 tahun sebelum masehi. Pada awal abad ke 19 tepatnya pada tahun 1896, ahli purbakala Loret menemukan di lembah raja-raja Luxor Mesir, satu mumi yang dari data-data sejarah terbukti bahwa ia adalah Fir’aun yang bernama Maniptah yang pernah mengejar Nabi Musa AS. Selain itu pada tanggal 8 Juli 1908 Elliot Smith mendapat izin dari pemerintah Mesir untuk membuka pembalut-pembalut mumi Fir’aun tersebut. Apa yang ditemukan adalah jasad utuh seperti yang diberitakan al-Qur’an. Setiap orang yang berkunjung ke Museum Kairo akan dapat melihat  jasad Fir’aun tersebut.

Kefashihan lafaz al-Qur’an, Kebalaghahan bahasanya dan Kekuatan Pengaruhnya.
Di dalam al-Qur’an tidak terdapat lafaz yang tidak enak untuk didengar (tidak memenuhi sasaran) atau tanafur (kekacauan susunan). Ungkapan gaya bahasanya yang relevan dengan situasi dan kondiisi telah mencapai ukuran balaghah (sastra) yang tertinggi. Hal ini akan lebih jelas dan terasa bagi orang yang memiliki dzauq Arabi (daya rasa bahasa Arab) dalam beberapa kata tasybih (kata-kata yang relatif) di dalam al-Qur’an, beberapa kalam matsal (kalimat ungkapan), beberapa hujjah (argumentasi), mujadalah (dialog-dialog) dan dalam menetapkan pedoman-pedoman yang benar atau di dalam menghinakan orang yang berbuat bathil dan dalam mengungkapkan tiap-tiap makna (amanat) dan tujuan yang dimaksudkan.

Adapun kekuatan pengaruhnya terhadap jiwa sekaligus penguasaannya secara maknawi (spiritual) terhadap jiwa dan hati, bisa dijiwai oleh setiap orang yang meresapi, yang mempunyai ketajaman daya tangkap mata hati. Bagi kita cukup dengan bukti bahwa al-Qur’an tidak membosankan pendengaran dan selalu up to date.

Pada hakikatnya ijaz al-Qur’an itu adalah segala makna yang dibawa dan dikandung oleh tiap lafaz-lafaznya.
- Al-Qur’an ijaz dalam lafaz-lafaz dan uslubnya, ijaz dalam bayan (penjelasan, retorika) dan nazam (jalinan) nya. Di dalam al-Qur’an akan ditemukan gambaran hidup bagi kehidupan alam dan manusia.
- Al-Qur’an ijaz dalam makna-maknanya yang telah menyikap tabir hakikat kemanusiaan dan misinya di dalam kehidupan di dunia ini.
- Al-Qur’an ijaz dengan segala ilmu dan pengetahuan yang sebagian besar hakikatnya yang ghaib telah diakui dan dibuktikan oleh ilmu pengetahuan modern.
- Al-Qur’an ijaz dalam tasyri’ dan pemeliharaannya terhadap hak-hak asasi manusia serta dalam pembentukan masyarakat teladan yang ditangannya akan terbentuk insan kamil, selamat dan bahagia di dunia dan akhirat.

Jelaslah bagi kita bahwa mendatangkan hal-hal seperti al-Qur’an yang lengkap dengan berbagai ragam kandungannya hingga tersusun rapi dan teratur merupakan sesuatu yang di luar jangkauan kemampuan manusia. Dengan demikian sia-sialah makhluk di hadapannya dan menjadi lemah, tidak mampu untuk mendatangkan sesuatu yang serupa dengan al-Qur’an. Itulah Ijaz al-Qur’an.
Previous
Next Post »