Aqidah



1.       AQIDAH
Dalam Islam, aqidah ialah iman atau kepercayaan. Sumbernya yang asasi ialah Qur’an. Iman, ialah segi teoritis yang dituntut pertama-tama dan terdahuu dari segala sesuatu untuk dipercayai dengan suatu keimanan yang tidak boleh dicampuri oleh keragu-raguan dan dipengaruhi oleh persangkaan. Ia ditetapkan dengan positip oleh saling bantu-membantunya teks-teks dan ayat-ayat Qur’an, kemudian adanya konsensus kaum muslimin yang tak pernah berubah, bertolak sejak penyiaran Islam pertama di masa Rasulullah hingga kini. Ayat-ayat Qur’an tersebut menuntut kepada manusia untuk dimiliki kepercayaan itu, yang pula merupakan kepada manusia untuk dimiliki kepercayaan itu, yang pula merupakan seruan utama setiap Rasul yang diutus Allah sebagai yang dinyatakan Qur’an dalam pembicaraannya mengenai para Nabi dan Rasul.
Bagaimanakah sesungguhnya pengertian dan hakekat iman itu? Rasulullah SAW pernah memberikan keterangan tentang iman itu di depan para sahabatnya, tatkala seorang laki-laki yang kemudian ternyata Malaikat Jibril yang datang menyamar dalam bentuk manusia. Menanyakan kepada beliau seperti hadits dibawah ini:
حديث أبى هُرَيْرَةَ قال كان النبىُّ صم بارزًا يومًاللناسِ فأًتاه رجلٌ فقال : ماالإيمانُ؟ قال : (الإيمان أن تؤ منَ بالله وملائكتِهِ وبلقائِهِ وبرسلِهِ وتؤمنَ بالبعثِ) قال : ماالإسلامُ ؟ قال : (الإسلامُ أن تعبدَ الله َولاتشر ك به وتقيم الصلاةَ وتؤدِّىَ الزكاةَ المفروضةَوتصوم رمضان) قال : ماالإحسانُ ؟ قال : (أن تعبد الله كأنك تراهُ، فإنلم تكن تراه فإِنه يراك) قال : متى الساعةُ ؟ قال : (ماالمسؤلُ غهابأعْلمَ مِنَ السائل، وسأخبرُكَ عن أشر اطِها، إِذا وَلَدَتِ الأَمَةُ رَبَّهَاَ، وإِذا تطاول رُعَاةُ الإبشلِ البهمُ فىِ البنيان، فى خمس لايعلمهنَّ إِلاَّ الله) ثم تلا النبىُّ صم إِنَّ الله عنده علم الساعة- الآية. ثم أدبر. قال : (رُدُّوه) فلم يَرَوْاشيئا. قال : (هذاجبريل جاءَ يُعَلِّمُ الناسَ دَينَهم).

Abuhurairah r.a. berkata: Pada suatu hari ketika Nabi saw duduk bersama sahabat, tiba-tiba datang seorang bertanya: Apakah iman? Jawab Nabi saw: Iman ialah percaya pada Allah, dan MalaikatNya, dan akan berhadapan kepada Allah, dan pada Nabi utusanNya dan percaya pada hari bangkit dari kubur. Lalu ditanya: Apakah Islam? Jawab Nabi saw: Islam ialah menyembah kepada Allah dan tidak mempersekutukanNya dengan sesuatu apa pun, dan mendirikan sembahyang. Lalu bertanya: Apakah Ihsan? Jawab nabi saw: Ihsan ialah menyembah pada Allah seakan-akan anda melihatNya, maka jika tidak dapat melihatNya, ketahuilah bahwa Allah melihatmu. Lalu bertanya: Bilakah hari qiyamat? Jawab Nabi saw: Orang yang ditanya tidak lebih mengetahui daripada yang menanya, tetapi saya memberitakan padamu beberapa syarat (tanda-tanda) akan tibanya hari qiyamat, yaitu jika budak sahaya telah melahirkan majikannya, dan jika penggembala onta dan ternak lainnya berlomba membangun gedung-gedung, termasuk dalam lima macam yang tidak dapat mengetahuinya kecuali Allah, yang tersebut dalam ayat:
“Sesungguhnya hanya Allah yang mengetahui, bilakah hari qiyamat, dan Dia pula yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang di dalam rahim ibu, dan tiada seorang pun yang mengetahui apa yang akan terjadi esok hari, dan tidak seorang pun yang mengetahui di manakah ia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui sedalam-dalamnya.”
Kembalikanlah orang itu! Tetapi sahabat tidak melihat bekas orang itu. Maka Nabi saw. Bersabda: Itu Malaikat Jibril datang untuk mengajar agama kepada manusia. (Bukhari, Muslim).
Berdasar pernyataan Rasulullah itu, masalah kepercayaan sangat erat hubungannya dengan soal Islam. Hakekat keduanya adalah satu kesatuan yang saling berkait dan berjalin berkelindan.
Abdul A’la Maududi, seorang pemikir Islam pada abad ini, menerangkan tentang hakekat hubungan antara iman dan Islam, sebagai berikut: “Hubungan antara Islam dengan iman, adalah laksana hubungan pohon kayu dengan uratnya. Sebagaimana pohon kayu tidak dapat tumbuh tanpa uratnya, demikian pulalah, mustahil bagi seseorang yang tidak memiliki iman untuk memulai dirinya menjadi seorang ‘Muslim’.
Aqidah adalah masalah fundamental dalam Islam, ia menjadi titik-tolak permulaan muslim. Sebaliknya, tegaknya aktivitas keislaman dalam hidup dan kehidupan seseorang itulah yang dapat menerangkan bahwa orang itu memiliki aqidah atau menunjukkan kualitas iman yang ia miliki. Masalahnya karena iman itu bersegi teoritis dan ideal yang hanya dapat diketahui dengan bukti lahiriah dalam hidup dan kehidupan sehari-hari.
Manusia hidup atas dasar kepercayaannya. Tinggi rendahnya nilai kepercayaan memberikan corak kepada kehidupan. Atau dengan kata lain, tinggi rendahnya nilai kehidupan manusia tergantung kepada kepercayaan yang dimilikinya. Sebab itulah kehidupan pertama dalam Islam dimulai dengan iman.
Menurut Islam, kepercayaan pokok itu ialah kalimat: Laailaaha illallaah, artinya: tidak ada Tuhan melainkan Allah. Aqidah itu haruslah menjadi kepercayaan mutlak dan bulat. Artinya keyakinan yang mutlak kepada Tuhan, dengan membenarkan dan mengakui wujud (existensi) Allah, sifat (atribut) Allah. Hukum-hukum Allah, kekuasaanNya, hidayah dan taufiq Allah. Pokok aqidah ialah Allah swt sendiri, sebab dengan kepercayaan kepada Allah itu dengan sendirinya mencakup kepercayaan kepada malaikatNya, Rasul-rasulNya, Kitab-kitabNya, Hari Kemudian dan ketentuan taqdirNya.
Unsur-unsur Iman tersebut dalam Islamologi diistilahkan: Arkanul Iman.
Previous
Next Post »